RADEN DEWI SARTIKA
(lahir di Bandung 14 september 1887 – meninggal di
Tasikmalaya,11 september 1987 pada umur 62 tahun) adalah tokoh perintis
Pendidikan untuk kaum wanita, diakui sebagai pahlawan nasional oleh Pemerintah
indonesia tahun 1966
Biografi
Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga pryayi sunda, Nyi Raden
Rajapermas dengan Raden Somanagara. Meskipun bertentangan dengan adat waktu
itu, ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika di sekolah Belanda.
Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya (kakah ibunya) yang
menjadi patih di Cicalengkah. Oleh pamannya itu, ia mendapatkan pengetahuan
mengenai kebudayaan sunda, sementara wawasan kebudayaan barat didapatkannya
dari seorang nyonya asisten presiden berkebangsaan Belanda.
Sedari kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik dan
kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung kepatihan,
ia sering memperagakan praktik di sekolah, belajar baca-tulis, danBahasa
Belanda, kepada anak-anak pembantu di kepatihan. Papan bilik kandang kereta,
arang, dan pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar.
Waktu itu, Dewi Sartika baru berumur sekitar sepuluh tahun,
ketika Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan beberapa patah kata
dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu kepatihan.
Gempar, karena waktu itu belum ada anak (apalagi anak rakyat jelata) yang
memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan oleh seorang anak perempuan.
Setelah remaja, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya di
Bandung. Jiwanya yang telah dewasa semakin menggiringnya untuk mewujudkan
cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara, yang
memang memiliki keinginan yang sama. Tetapi, meski keinginan yang sama dimiliki
oleh pamannya, tidak menjadikannya serta merta dapat mewujudkan cita-citanya.
Adat yang mengekang kaum wanita pada waktu itu, membuat pamannya mengalami
kesulitan dan khawatir. Namun karena kegigihan semangatnya yang tak pernah
surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan diizinkan mendirikan
sekolah untuk perempuan.
Tahun1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah
Suriawinata, dari pernikahannya itu ia memiliki putra bernama R. Atot, yang
merupakan Ketua Umum BIVB, sebuah klub Sepak bola yang merupakan cikal bakal
dari persib bandung Suami dari Dewi Sartika memiliki visi dan cita-cita yang
sama dengan Dewi Sartika, guru di sekolah Karang Pamulang, yang saat itu
merupakan sekolah Latihan Guru.
Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan.
Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika
mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan. Merenda, memasak,
jahit-menjahit, membaca, menulis dan sebagainya, menjadi materi pelajaran saat
itu
Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A. Martenagara, pada 16 January
1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-hindia
belanda. Tenaga pengajarnya tiga orang : Dewi Sartika dibantu dua saudara
misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Murid-murid angkatan pertamanya terdiri
dari 20 orang, menggunakan ruangan pendopo Kabupaten Bandung.
Setahun kemudian,1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga kemudian
pindah ke Jalan Ciguriang, kebon cau. Lokasi baru ini dibeli Dewi Sartika
dengan uang tabungan pribadinya, serta bantuan dana pribadi dari Bupati
Bandung. Lulusan pertama keluar pada tahun1909, bahasa sundabisa lebih
mememenuhi syarat kelengkapan sekolah formal.
Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Pasundan
bermunculan beberapa Sakola Istri, terutama yang dikelola oleh
perempuan-perempuan Sunda yang memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi
Sartika. Pada tahun1912 sudah berdiri sembilan Sakola Istri di kota-kota
kabupaten (setengah dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia
ke-sepuluh, tahun 1914 nama sekolahnya diganti menjadi Sekolah kautama putri
(Sekolah Keutamaan Perempuan). Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum
memiliki Sakola Kautamaan Istri tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke
Bukittinggi, di mana Sakola Kautamaan Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh.
Seluruh wilayah Pasundan lengkap memiliki Sakola Kautamaan Istri di tiap kota
kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang berdiri di kota
kewedanaan.
Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian
sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian berganti nama menjadi
"Sakola Raden Déwi". Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi Sartika
dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Dewi Sartika meninggal 11 september 1947 di tasikmalaya, dan
dimakamkan dengan suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa
Rahayukecamatan cineam Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di kompleks
Pemakaman bupati bandung di Jalan Karang Anyar, kabupaten bandung
(-maaf bila ada yang mengetahui lebih lanjut tentang data-data diatas ata ada yang ingin membenarkan, silahkan bekerja sama dengan saya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar