“JAKA
TARUB DAN 7 BIDADARI”
Alkisah
disebuah desa terpencil di jawa barat, hiduplah seorang janda yang bernama Nyi
randa tarub yang mempunyai satu orang anak ganteng dan perkasa yang bernama
jaka tarub. Jaka tarub adalah sesosok pemuda yang baik hati dan pintar dalam
hal berburu.
Suatu
hari sang ibu ; nyi Randa Tarub sambil memanen jagung berkata “umurmu sudah
cukup dewasa untuk memiliki calon istri, dan ibu juga ingin menimang cucu”,“lantas
apa yang harus aku perbuat ibu? Dihatiku belum ada yang cocok” balas Jaka
Tarub, kembali kata Nyi Randa Tarub “baiklah, kalau begitu carikan ibu daging
rusa yang segar untuk menenangkan hati ibu”, Akhirnya permintaan kedua sang ibu
akan ditepati Jaka Tarub.
Keesokannya
dia ingin berburu rusa untuk memenuhi permintaan ibunya yang tengah sakit
dirumah. Namun ketika ia menuju sungai untuk mencari rusa, Jaka mendengar suara
meriah dibalik semak-semak. Ternyata ada tujuh orang perempuan cantik yang
tengah bermandian air sungai. Didalam pikiran Jaka hanyalah bagaimana cara agar
dapat berkenalan denga salah satu dari mereka, “kalau sampai kekayangan alas an
apa yang akan kita katakan kepada ayah handa?” Tanya Nawang Wasty, kakak tertua
dari para bidadari tersebut. “katakan sajah yang sejujurnya” balas Nawang
Wulan. Dibalik semak-semak, Jaka pun kaget terheranan bahwa mereka ialah
bidadari yang turun dari kayangan. Para bidadari tersebut menggunakan selendang
mereka untuk kembali kekayangan. Akal jahat Jaka Tarub pun mulai berfikir bahwa
ia ingin mengambil selendang milik salah satu dari pada Bidadari tersebut.
Tangannya pun menyelinap masuk kebebatuan dan mengambil selendang yang berwarna
ungu, yaitu milik Nawang Wulan, bunga indah diantara mereka semua. “eh sudah
petang nih, ayo pulang” kata Nawang Wasti. Sambil mengenakan pakaian, salah
seorang saudara mereka yaitu Nawang Wulan kehilangan selendangnya. “aku
kehilangan selendangku” kata Nawang Wulan. Mereka pun membantu mencari
selendang namun setelah berjam-jam “maafkan kami adikku, ini sudah petang.
Apabila faajar pergi, kami tak dapat kembali hingga besok pagi. Apa yang harus
kami katakan lagi? Kami harus pergi” kata Nawang Wasty. “tunggu” teriak Nawang
Mulan menangis. mereka pun pergi meninggalkan Nawang Wulan. Dan nawang mulan
pun tertinggal sendiri didalam hutan,
Jaka
Tarub pun menghampiri nawang wulan dan mengajaknya untuk tinggal bersama.
Sepulang itu, Jaka Menyimpan selendang milik Nawang didalam lumbung padi. Bukan
daging rusa yang dibawah pulangkan Jaka Tarub, namun calon istrilah yang dia
temukan. Mereka pun memiliki seorang anak berumur 3 bulan yang dinamakan Yodha
Tarub dan saat itulah Jaka kehilangan ibunya yang telah meninggal dunia.
Suatu
hari beras milik Jaka Habis, sehingga harus mengambil ulang didalam lumbung.
Karena Jaka yang setiap harinya bagian mengangkut beras dari lumbung ke dapur
harus pergi mengurus pemakaman sang ibu, maka Nawang Wulanlah yang harus
mengambil beras dari lumbung. Ia pun menemukan selandang miliknya yang hilang.
Didalam hati Nawang hanya ada satu pikiran yaitu menyalahkan Jaka yang
mencurinya.
Dia
pun meniggalkan surat untuk Jaka Tarub. Setelah Jaka pulang dari pemakaman sang
ibu, sebuah surat didalam lumbung padi bertuliskan “jaka, aku takan pernah
menyalahkanmu karena telah mengambil selendangku, namun aku minta maaf telah
turun kebumi sehingga membuatmu berpikiran jahat sampai semua ini bisa terjadi,
aku bahagia hidup denganmu tapi maaf aku harus kembali. Aku tau tugas ku
sebagai seorang ibu harus menyusui anakku yang berumur 3 bulan itu, untuk itu
letakan anakku Yodha dibawah pohon beringin dekat sungai yang pernah aku
datangi setiap jam 6 sore, saat itulah aku akan selalu menyusuinya hingga kelak
ia besar sepertimu” jaka pun keherangan mendengar hal itu “hah? Nawang telah
pergi?” kaget Jaka. Jaka tarub pun menerimah nasibnya yang kehilangan ibu dan
istrinya mingga menjadi seorang Duda sebatang kara. Dan setiap jam 6, ia
meletakan anaknya dipohon dekat sungai. Kemudian ia melihat Nawang Wulan dan
berkata “maafkan aku Nawang, aku terpaksa melakukan hal itu, tapi aku minta
maaf! Maafkanlah aku”. Nawang pun kembali kekhayangan dan meninggalkan Jaka
Tarub begitu sajah. Jaka pun menjalani hidupnya sebatang kara tanpa orang tua
dan istri.
SELESAI-
Struktur
Teks Anekdot pada cerita “Jaka Tarub dan 7 Bidadari”
Abstraksi:
- Alkisah
disebuah desa terpencil di jawa barat, hiduplah seorang janda yang bernama Nyi
randa tarub yang mempunyai satu orang anak ganteng dan perkasa yang bernama
jaka tarub. Jaka tarub adalah sesosok pemuda yang baik hati dan pintar dalam
hal berburu.
Orientasi:
- Suatu
hari, sang ibu meminta mencarikan daging rusa namun jaka tidak mendapatkan
daging rusa melainkan calon istri yang pada awalnya ia mengambil selendang
milik istrinya yang dahulu seorang bidadari dari kayangan
Krisis:
- Nawang
Wulan pun menemukan selandang miliknya yang hilang. Didalam hati Nawang hanya
ada satu pikiran yaitu menyalahkan Jaka yang mencurinya.
Dia
pun meniggalkan surat untuk Jaka Tarub. Setelah Jaka pulang dari pemakaman sang
ibu, sebuah surat didalam lumbung padi
Reaksi:
- jaka
pun keherangan mendengar hal itu “hah? Nawang telah pergi?” kaget Jaka
Koda:
- Jaka
tarub pun menerimah nasibnya yang kehilangan ibu dan istrinya mingga menjadi
seorang Duda sebatang kara. Dan setiap jam 6, ia meletakan anaknya dipohon
dekat sungai. Kemudian ia melihat Nawang Wulan dan berkata “maafkan aku Nawang,
aku terpaksa melakukan hal itu, tapi aku minta maaf! Maafkanlah aku”. Nawang
pun kembali kekhayangan dan meninggalkan Jaka Tarub begitu sajah. Jaka pun
menjalani hidupnya sebatang kara tanpa orang tua dan istri.
Kebahasaan atau Kaidah Teks Anekdot
pada cerita “Jaka Tarub dan 7 Bidadari”
A. Makna
·
Leksikal, Contoh: janda, dalam, pintar,
baik, hati
·
Dramatikal, Contoh
-
Prefix: perbuat, berburu, mencari,
bernama, seorang dll
-
Infix: dari, cari, dapat, punya, masak
-
Suffix: carikan, hiduplah, nasibnya,
akhirnya
-
Konfix: mencarikan, menerimanya,
pemakaman
·
Genotasi, Contoh: memanen jagung
·
Konotasi, Contoh: Bunga Indah
B. Ungkapan
“jaka, aku takan pernah menyalahkanmu karena telah mengambil
selendangku, namun aku minta maaf telah turun kebumi sehingga membuatmu
berpikiran jahat sampai semua ini bisa terjadi, aku bahagia hidup denganmu tapi
maaf aku harus kembali. Aku tau tugas ku sebagai seorang ibu harus menyusui anakku
yang berumur 3 bulan itu, untuk itu letakan anakku Yodha dibawah pohon beringin
dekat sungai yang pernah aku datangi setiap jam 6 sore, saat itulah aku akan
selalu menyusuinya hingga kelak ia besar sepertimu”
C. Konfungsi
-
Setara: dan, dengan, atau
-
Melainkan: Tetapi, tapi
-
Selain Akibat: Karena, jika
-
Waktu: Alkisah, keesokannya, suatu
hari, akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar